#FutureStartsHere and empower your business with impactful solutions for a sustainable tomorrow.
Pada 2 April 2025, Presiden Donald Trump mengumumkan kebijakan “Reciprocal Tariffs” dengan tarif dasar 10% untuk semua impor dan tambahan hingga 125% bagi negara tertentu, termasuk 32% bagi Indonesia, yang memicu disrupsi besar dalam rantai pasok global. Negara-negara merespons dengan tarif balasan dan mempercepat diversifikasi rantai pasok untuk mengurangi ketergantungan pada satu sumber. Asia Tenggara, khususnya Indonesia, dinilai potensial sebagai pusat relokasi manufaktur berkat keunggulan geografis, pasar besar, dan biaya tenaga kerja yang kompetitif. Namun, agar dapat memanfaatkan peluang ini, Indonesia perlu mempercepat reformasi struktural, meningkatkan standar ESG, dan memperkuat resiliensi rantai pasok untuk bersaing dalam tatanan perdagangan global yang baru dan lebih proteksionis.
Membahas integrasi ESG dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi nasional.
Membahas tantangan yang dihadapi oleh sektor perkebunan Indonesia dalam memenuhi regulasi bebas deforestasi yang diterapkan oleh Uni Eropa.
Menganalisis pidato Presiden di Sidang Umum PBB ke-80 yang menegaskan komitmen Indonesia dan peran Indonesia dalam ketahanan pangan, energi bersih, dan adaptasi iklim.